Minggu, 22 Juni 2008

Sejarah Damas..

DAYA MAHASISWA SUNDA (DAMAS)

Sejarah Organisasi Daya Mahasiswa Sunda (DAMAS) diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) masa/periode:


  1. Masa sebelum tahun 1956.
  2. Masa berdirinya Daya Mahasiswa Sunda (DAMAS).
  3. Masa/periode setelah berdirinya (setelah tahun 1956).

I. Masa sebelum tahun 1956

Ada beberapa kejadian yang dialami masyarakat Sunda di daerahnya sendiri (Jawa Barat), yaitu:

  • Dibubarkannya Negara Pasundan.
    Pada waktu itu para pemuda Sunda yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap kesatuan bangsa, menyadari bahwa Negara Pasundan adalah rekayasa/ciptaan penjajah untuk memecah belah. Karenanya para pemuda Sunda maju untuk memimpin dalam usahanya membubarkan Negara Pasundan.
  • Bermunculannya kegiatan-kegiatan kedaerahan khususnya "Kesatuan".
    Sebelum tahun 1950 ada kesatuan Kesundaan dengan nama Daya Sunda yang anggotanya terdiri dari para sesepuh (Inohong).
    Setelah tahun 1950 di Jakarta berdiri kesatuan yang anggota terdiri dari para mahasiswa yang berasal dari Tatar Sunda, seperti Daya Nonoman Sunda (Potensi Pemuda Sunda). Nonoman Maung (Pemuda Siliwangi).
    Di Bogor berdiri kesatuan Kasundaan yaitu "Putra Sunda" yang memiliki sifat umum (anggotanya umum). Sedangkan di Bandung berdiri kesatuan Kasundaan lainnya seperti Paguyuban Pasundan, Mitra Sunda yang mayoritas (anggotanya kebanyakan ex Pejuang), Nonoman Sunda (anggotanya kebanyakan pekerja/karyawan).

II. Masa berdirinya Daya Mahasiswa Sunda (DAMAS)

Adanya usulan dan dorongan dari Ir. Otong Kosasih tentang perlunya dibentuk sebuah organisasi yang membawa misi untuk mewujudkan para intelektual dan ahli-ahli Sunda dalam mengisi otonomi daerah yang seluas-luasnya.

Dilatarbelakangi rasa keprihatinan dan kepedulian karena merasakan adanya ketidakadilan dalam bidang studi di daerah sendiri, terbukti dengan sulitnya masuk dan belajar di Fakultas Tekhnik ITB, Perguruan Tinggi, Pendidikan Guru/TTTC (IKIP/UPI Bandung) yang kebanyakan mahasiswa dari daerah lain.

Dan ada gerakan mahasiswa di Fakultas Tekhnik yang menghimpun diri dalam satu organisasi yang bernama Corps Mahasiswa Bandung (CMB). Organisasi ini merupakan ikatan mahasiswa bekas eks pejuang yang berasal dari Jawa Tengah/Timur dan mendapat dukungan dan bantuan sepenuhnya dari para pegawai pemerintah/swasta, yang kemudian mengganti nama menjadi CGMI.


III. Masa/periode setelah berdirinya (setelah tahun 1956)

  • Masa awal setelah berdirinya DAMAS.
    Pada masa-masa pertama berdirinya Damas, muncul reaksi dari organisasi lainnya sampai pernah terjadi perang poster antara Damas dan CGMI/CMB dimulai dari ITB.
  • Setelah Dekrit Presiden sampai meletusnya Gestapu PKI.
    Situasi politik pada waktu itu dengan sewenang-wenang menutup kesempatan "bebas" hidupnya organisasi kedaerahan termasuk kasundaan. Sehingga banyak organisasi yang vacuum. Organisasi yang masih ada diwajibkan untuk menyetujui dan mengikuti keinginan penguasa.
    Demi kelangsungan kehidupan organisasi pada waktu itu, Damas terpaksa menyesuaikan diri dengan jalan melakukan perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yaitu dengan memasukkan Manipol Usdek kedalamnya serta bidang gerakan dibatasi dalam bidang kebudayaan. Walaupun sudah berusaha menyesuaikan diri dengan situasi politik pada waktu itu tetapi masih ada usaha yang ingin membubarkan Damas dengan jalan melontarkan isu-isu Manikebu, Propinsialis, Kesukuan dan Sparatis.
  • Masa setelah Gestapu PKI.
    Setelah meletusnya gerakan PKI/Gestapu, sejalan dengan kebijakan Kodam VI Siliwangi (Kodam III Siliwangi sekarang), Damas sebagai salah satu organisasi mahasiswa kembali memperlihatkan sikap politiknya dengan menegaskan sikap dalam menentang dan mengutuk tindakan tersebut.
    Para mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAMI) termasuk didalamnya Damas menjadi ujung tombak dalam proses Tri Tuntutan Rakyat (Tritura), yang menuntut dibubarkannya PKI diturunkannya harga-harga, serta dibersihkannya kabinet dari unsur-unsur PKI.
  • Masa setelah Reformasi.
    Dalam era reformasi persoalan Otonomi Daerah menjadi primadona kembali sehingga menjadi hal yang sangat urgen dan menarik. Para mahasiswa khususnya yang ada di daerah dituntut untuk mengisi kesempatan tersebut. Hal ini menjadi tantangan yang harus dihadapi karena di satu sisi organisasi mahasiswa sulit mendapatkan anggota dan disisi lain mahasiswa sebagai kader intelektual harus bias menjadi subyek bagi terciptanya pembangunan daerah.
    Mahasiswa daerah dituntut untuk tidak hanya pandai dalam dalam ilmu pengetahuan tetapi juga harus pandai memposisikan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu caranya adalah melalui aktifitas dalam organisasi yang berwandakan kemahasiswaan dan kemasyarakatan. Dalam hal ini mahasiswa harus tampil dalam barisan terdepan.

* Sumber: Buku Visi Panggeuing, Edisi April 2001, DAMAS

1 komentar:

Djatnika mengatakan...

Terima kasih, informasi ini bagus tapi akan lebih bagus kalau disertai informasi mengenai tokoh-tokohnya. Siapa yang mendirikan, siapa yang memimpin dari waktu ke waktu, apa kegiatan utamanya, apa karya baktinya kepada masyarakat ?